Jurnalis Metro

Satu Wadah Informasi

Momen 5 Rajab: Minyak Gratis dan Cinta yang Terus Mengalir untuk Abah Guru Sekumpul

Palangka Raya – Di bawah langit 5 Rajab, ketika ingatan kolektif umat kembali tertambat pada sosok Abah Guru Sekumpul, denyut spiritual terasa bukan hanya di majelis-majelis zikir, tetapi juga di sudut-sudut jalan kota. Jumat, 26 Desember 2025, hiruk-pikuk lalu lintas tiba-tiba melambat. Bukan karena kemacetan, melainkan oleh sebuah aksi kecil yang sarat makna, pembagian minyak gratis bagi pengendara roda dua.

Aksi itu digelar oleh Pickrol Hidayad yang aktif sebagai wartawan dan ketua Ikatan Penulis dan Jiurnalis Indonesia (IPJI) Di tengah kesibukan dunia jurnalistik dan dinamika kehidupan kota, ia memilih memperingati Haul Abah Guru Sekumpul ke-21 dengan cara yang sederhana, namun menyentuh: berbagi bahan bakar minyak jenis pertamax,air mineral dan masker kepada jamaah haul penendara roda dua yang melintas

Hanya jerigen minyak, senyum tulus, dan niat yang mengalir pelan namun dalam. Bagi puckrol, yang akrab disapa Dayat, apa yang ia lakukan bukanlah kegiatan sosial biasa, apalagi upaya mencari sorotan. Ia menyebutnya sebagai cara merawat cinta dan meneladani ajaran sang guru.

“Ini bukan tentang minyaknya,” ujar Pickrol dengan suara tenang di sela-sela pembagian. “Ini tentang kecintaan kami kepada Abah Guru Sekumpul. Beliau mengajarkan tentang akhlak, dan kasih sayang. Dari beliau, kami belajar Islam yang menenangkan, Islam yang memanusiakan, dan Islam yang memberi manfaat.” jelasnya.

Satu per satu pengendara berhenti. Ada yang awalnya ragu, ada yang terkejut, lalu tersenyum. Beberapa menadahkan tangan, lirih melantunkan doa. Minyak yang berpindah tangan mungkin tak bernilai besar secara materi, tetapi di momen itu, ia menjelma menjadi simbol kepedulian, bahwa berbagi tak selalu harus megah untuk bisa bermakna.

Haul Guru Sekumpul memang selalu menghadirkan getaran tersendiri. Jutaan jamaah mengenang sosok ulama kharismatik Kalimantan Selatan itu bukan semata karena kealimannya, tetapi karena keteladanan hidup yang ia wariskan. Tentang memberi tanpa merasa lebih, tentang berdakwah tanpa menggurui, dan tentang cinta yang diwujudkan lewat perbuatan nyata.

Di tengah dunia yang kerap gaduh oleh perbedaan dan kepentingan, aksi sederhana di pinggir jalan ini seolah menjadi pengingat sunyi: bahwa ajaran Guru Sekumpul masih hidup. Ia mengalir dari hati ke hati, dari tangan yang ikhlas memberi ke tangan yang menerima dengan syukur.

Pada 5 Rajab ini, minyak gratis bukan sekadar kebutuhan sesaat. Ia menjadi bahasa cinta, bahwa penghormatan kepada ulama, bila dirawat dengan ketulusan, akan selalu menemukan jalannya untuk menyentuh sesama, kapanpun dan dimanapun.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Belum ada komentar disini
Jadilah yang pertama berkomentar disini